Wednesday, October 26, 2005

 

Cerita Kontras Dari Negeri Antah Berantah

Ini kejadian yang kontras banget di negeri antah berantah. Di awal bulan, masyarakat diminta untuk sabar dan mengetatkan ikat pinggang menyusul kenaikan harga BBM. Masyarakat menerima dengan patuh, ada beberapa demonstrasi dan pemogokan, tapi umumnya masyarakat rela hidupnya lebih susah mengikuti harga BBM yang baru. Masyarakat yang sebelumnya tertatih-tatih menjalani hidupnya, sekarang menjadi lebih tertatih-tatih lagi bahkan tersungkur dan hampir sekarat, tapi semua penderitaan diterima dengan ikhlas demi negara. Buat masyarakat paling miskin, mereka mendapatkan semacam uang kadeudeuh setiap bulan, jumlahnya 100.000 mata uang negeri, untuk setiap kepala keluarga, lumayanlah bisa beli beras sekitar 25 kilogram.

Di pertengahan bulan, orang-orang yang katanya mewakili para rakyat menyetujui kenaikan tunjangan bulanan untuk pribadi mereka sebesar 100 kali jumlah uang kadeudeuh yang diterima rakyat miskin, yang mana bisa beli beras, bukan 25 kilogram lagi, tapi 2500 kilogram. Mereka tidak mau tahu dengan protes rakyat yang diwakilinya, malah menutup mulut teman-teman mereka yang ngga tega memorotin uang negara untuk tambahan tunjangan mereka.

Tidak mau kalah, pamong negeri itu pun buru-buru mengajukan anggaran baru belanja mereka untuk tahun depan yang meningkat 50 – 100 persen. Anggaran belanja kantor presiden saja mencapai lebih dari 1.000.000.000.000 (baca : 1 trilyun) mata uang negeri per tahun, coba bayangkan, kalau dibagi dengan uang kadeudeuh buat rakyat miskin yang mendapatkan 100.000 mata uang negeri, jadinya 10.000.000 kali. Jadi untuk ngongkosin satu orang presiden beserta staf-stafnya yang mungkin jumlahnya ngga nyampe 100 orang, digelontorkan duit 10.000.000 (10 juta kali) yang didapat oleh rakyat miskin.

Lah, di satu pihak masyarakat disuruh berkorban mengetatkan ikat pinggang, di lain pihak para pemimpin dan wakil mereka malah melonggarkan ikat pinggang. Tunjangan bertambah, anggaran belanja bertambah buat wakil rakyat dan para pamong. Jadi ternyata himbauan untuk mengetatkan ikat pinggang hanya berlaku untuk masyarakat, bukan untuk wakil rakyat dan pamong, ooo gitu tho … Masyarakat negara itu pan pasti berpikir jangan-jangan mereka disuruh berkorban lebih menderita dengan kenaikan harga BBM hanya untuk menggendutkan perut para wakil dan pamong mereka yang mereka pilih sendiri. Apa wakil dan pamong yang mereka pilih sendiri itu telah berkhianat terhadap mereka, ngerjain mereka, ngga peduli lagi terhadap mereka??? Apa masyarakat saja yang harus terus rela berkorban, sementara wakil rakyat dan pamong ngga mau sama sekali berkorban sedikit pun …

Comments: Post a Comment



<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?