Thursday, April 13, 2006

 

Mengenang Pribadi Nabi Muhammad

Hari Selasa yang lalu kita baru saja memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi sendiri tidak pernah merayakan hari kelahirannya ini. Tetapi menurut sebagian ulama, memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dibolehkan sejauh tidak sampai mengkultuskan beliau secara berlebihan. Beliau adalah manusia biasa juga, bukan Tuhan, bukan malaikat. Tetapi beliau adalah contoh seorang manusia yang dalam 63 tahun perjalanan kehidupannya penuh dengan teladan tentang bagaimana seorang manusia dapat menjalani hidupnya dengan sangat mulia dan terhormat, menjalin hubungan yang sangat baik dengan Tuhan dan orang-orang di sekitar beliau di tengah-tengah kondisi lingkungan dan masyarakat yang sangat keras.

Apa yang bisa kita petik dari peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini. Kita bisa merenungkan tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan kebaikan, kemuliaan, dan sumbangan bagi masyarakat banyak. Beliau juga berhasil dalam setiap peran yang dijalaninya, baik sebagai anggota masyarakat biasa, pemimpin agama, maupun pemimpin pemerintahan. Mudah-mudahan teladan dari kehidupan beliau ini bisa jadi panduan dan inspirasi bagi kita dalam menjalani kehidupan kita saat ini.

Beberapa kisah yang bagi saya sangat menggetarkan dan mengungkapkan kepada kita semua bagaimana pribadi beliau yang agung telah menginspirasikan orang-orang untuk berbuat kebaikan.

Setelah pulang dari perang Uhud, Nabi mendapati bahwa sepupu beliau Ja’far ibn Abi Thalib telah wafat di medan pertempuran. Beliau ingin mengabarkan langsung wafatnya Ja’far ibn Abi Thalib kepada keluarganya. Beliau kemudian mendatangi rumah Ja’far dan berbicara dengan istri Ja’far meminta agar memandikan anak-anak Ja’far yang semuanya masih kecil-kecil. Setelah anak-anak itu dimandikan dan diberi wangi-wangian, Nabi menemui mereka dan memeluk mereka satu-persatu sambil berlinangan air mata dan menciumi mereka seperti Bapak yang sangat rindu dengan anaknya. Kemudian beliau mengabarkan wafatnya Ja’far kepada istrinya dan menjanjikan akan merawat dan mendidik anak-anak Ja’far seperti merawat dan mendidik anak beliau sendiri.


Pernah pada suatu kesempatan Nabi sedang bersama istri-istrinya. Beliau mengeluarkan sebuah kalung dari saku gamisnya dan kemudian berkata bahwa dia akan memberikan kalung itu kepada seorang yang paling dicintainya. Setiap istri beliau berharap dengan penuh harapan bahwa kalung itu akan diberikan kepada diri mereka bahwa diri merekalah yang paling dicintai oleh Nabi. Setelah puas menggoda istri-istri beliau dengan kalung tersebut, beliau akhirnya tidak memberikan kalung itu kepada salah seorang istri beliau, tetapi memberikan kalung itu kepada cucu beliau.


Pada waktu berada di Madinah, ada seorang Yahudi yang sangat benci kepada Nabi dan selalu meludahi Nabi dalam perjalanan Nabi menuju rumahnya. Setiap hari kejadian itu berulang dan Nabi selalu sabar dalam menghadapi ulah orang Yahudi tersebut. Sampai pada suatu hari Nabi merasa heran bahwa pada hari itu dirinya tidak diludahi lagi. Beliau bertanya kepada orang-orang di sekitar sana kemana gerangan orang Yahudi tersebut dan mendapatkan kabar bahwa ternyata orang Yahudi tersebut sedang sakit keras di rumahnya. Nabi mendatangi rumah orang Yahudi tersebut, menyapanya dengan baik seperti seorang teman dekat, dan mendoakan orang Yahudi itu agar segera sembuh dari penyakitnya. Orang Yahudi tersebut sangat terharu menerima kedatangan Nabi ke rumahnya.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?