Thursday, August 26, 2004

 

Korupsi Korupsi Korupsi Di Mana-Mana


Tadi malem, sambil membiarkan kepala diubek-ubek sama tukang potong rambut, gue dengerin televisi yang disetel ama si tukang potong rambut. Gileee beritanya tentang korupsi semua, korupsi yang didakwa dilakukan oleh anggota-anggota DPRD kita dan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat (ini kampung gue, malu-maluin aja !!!), sampai Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, pokoknya bener-bener korupsi berjamaah deh. Korupsi yang mereka lakukan mulai dari penggelembungan biaya perjalanan dinas, penggelembungan anggaran, sampai menerima uang-uang suap dari orang-orang yang punya kepentingan. Herannya lagi mereka itu sebenarnya sudah mendapatkan gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang lebih dari cukup.

Saya jadi teringat ceramah yang disampaikan oleh seorang wakil rakyat kita tentang tipe-tipe pemimpin atau wakil rakyat kita. Menurut beliau pemimpin atau wakil rakyat kita itu ada yang bertipe materialistis, rasionalis, dan spiritualis. Tipe materialis selalu mengasosiasikan keberhasilan atau kebahagiannya dengan materi yang dia dapatkan. Tipe rasionalis mengasosiasikan keberhasilan dengan bagaimana dia bisa mendayagunakan akalnya untuk menghasilkan sesuatu kemajuan. Sementara tipe spiritualis mengasosiasikan keberhasilan atau kebahagiaannya dengan keberhasilannya melaksanakan tugas sebagai wakil Yang Maha Pencipta di dunia.

Pemimpin tipe materialis tidak akan bisa diharapkan bisa membawa orang-orang yang dipimpinnya ke arah yang lebih baik. Kita hanya bisa berharap kepada pemimpin-pemimpin yang rasionalis dan spiritualis. Pemimpin rasionalis selalu menggunakan akalnya untuk memimpin masyarakatnya, mencari cara-cara dan konsep-konsep yang lebih baik menurut akal. Lebih baik lagi jika kita mempunyai pemimpin yang spiritualis, yang selalu menggunakan akal dan hatinya dan sadar akan tugasnya di dunia.

Mudah-mudahan kita tidak sedang dan tidak akan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang materialis, yang memandang keberhasilan dirinya dengan banyaknya materi yang telah dia dapatkan.

Tuesday, August 24, 2004

 

The Beginning of The War


Sabtu pagi lalu gue nonton filem yang judulnya kalo ngga salah "The Beginning of The War". Filem ini bercerita tentang pergulatan yang dialami Presiden Amerika Serikat, Lyndon B. Johnson dalam pengambilan keputusan-keputusan penting berkaitan dengan pengaruh Amerika Serikat di Vietnam.

Dalam filem itu digambarkan betapa suasana perang dingin antara Amerika Serikat dengan Rusia pada saat itu menekan para pejabat pemerintahan Amerika Serikat untuk mengambil keputusan yang tidak rasional dan riskan.

Ini berawal dari rencana invasi pasukan Vietnam Utara yang pemimpin-pemimpinnya berhaluan Komunis ke Vietnam Selatan dimana Amerika Serikat sendiri mempunyai pangkalan militer di Vietnam Selatan. Begitu kabar itu sampai ke Gedung Putih dan dirapatkan oleh pejabat-pejabat pertahanan Amerika Serikat, mereka dihadapkan pada beberapa pilihan.
Pilihan pertama adalah untuk menempuh jalur diplomasi dengan Vietnam Utara agar menghentikan invasinya ke Vietnam Selatan, juga ada pilihan untuk tetap bertahan di Vietnam Selatan. Dari hasil-hasil diskusi akhirnya Lyndon memutuskan untuk tidak melakukan diplomasi dengan Vietnam Utara, tunggu saja apakah mereka benar-benar berani untuk menyerang Selatan dan kalaupun berani mereka akan berhadapan dengan pasukan Amerika.

Ternyata Utara benar-benar melaksanakan niatnya dengan menyerang Selatan dan sekaligus menghancurkan pangkalan militer Amerika di Danang. Kejadian ini membuat Amerika kebakaran jenggot dan mengambil keputusan yang akan membawa mereka ke jurang pernag Vietnam yang berlarut-larut. Bob Mc. Namara, Menteri Pertahanan Amerika yang flamboyan dan antusias, mengusulkan pengiriman besar-besaran tentara Amerika ke Vietnam, mulai dari 120.000 tentara sampai akhirnya 1.000.000 tentara yang sebahagian besarnya direkrut dari wajib militer. Usulan ini disetujui Lyndon yang sangat percaya dengan Mc. Namara dan takut pengaruh Komunis akan meluas ke seluruh Asia Tenggara. Maka mulailah Amerika menerjunkan pemuda-pemudanya ke hutan-hutan Vietnam untuk berperang dengan Vietnam Utara. Peperangan melawan Vietnam yang semula diperkirakan akan dengan mudah dimenangkan Amerika ternyata kenyataannya sebaliknya. Vietnam Utara bertahan dengan perang gerilyanya dan berhasil membuat Amerika dengan persenjataan perang mutakhirnya putus asa.

Keputusan yang diambil dengan sangat tergesa-gesa dan dibayangi oleh ketakutan ini ternyata harus dibayar mahal oleh Amerika. Di akhir-akhir masa jabatannya, Lyndon menarik Clark Clifford, sahabat baiknya menjadi Menteri Pertahanan menggantikan Bob Mc. Namara yang dimutasikan menjadi Direktur World Bank. Setelah pergulatan batin yang sangat panjang, Lyndon akhirnya memutuskan untuk menempuh jalur diplomasi untuk menyelesaikan krisis Vietnam. Pasukan Amerika berangsur-angsur ditarik dari Vietnam dengan korban yang sangat banyak. Ratusan ribu pemuda Amerika gugur di Vietnam demi membayar keputusan yang diambil oleh Presiden dan pembantu-pembantunya.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?